Setiap Jiwa Akan Meminta Penundaan Kematian
Kematian akan membuat setiap jiwa merasakan penyesalan yang mendalam, baik pada jiwa orang-orang yang beriman maupun orang-orang kafir. Bagaimana bisa?
Berikut penjelasannya:
Penyesalan orang-orang beriman;
Orang-orang beriman akan menyesal mengapa selama hidupnya tidak menambah kuantitas dan kualitas amal sholih mereka berkali lipat, dari apa yang telah mereka lakukan, padahal mereka mampu melakukannya.
Penyesalan orang-orang kafir;
Sementara orang-orang kafir, mereka menyesali kekufuran atas diri mereka, dan berusaha untuk menjadi beriman.
Hal ini terungkap dalam kisah beberapa sahabat dan tabi’in. Suatu hari, Ibnu Abbas pernah berkata, “Siapa yang telah memiliki cukup uang (harta) untuk berhaji atau untuk berzakat, tetapi dia tidak menunaikannya, kelak saat dia mati, dia akan meminta dikembalikan ke dunia (ar-raj’ah).[1]
Seseorang lalu bertanya kepadanya, “Wahai Ibnu Abbas, bertakwalah engkau kepada Allah. Sesungguhnya yang meminta dihidupkan kembali ke dunia adalah orang-orang kafir!.”
Ibnu Abbas lalu berkata, “Baiklah. Aku akan membacakan kepadamu ayat al-Qur’an,
وَأَنفِقُوا۟ مِن مَّا رَزَقْنَٰكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِىَ أَحَدَكُمُ ٱلْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَآ أَخَّرْتَنِىٓ إِلَىٰٓ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ
“Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepada kalian sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kalian; lalu dia berkata (menyesali): ‘Ya Rabb, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang sholih.” (Al-Munafiqun: 10).
Dengan demikian, tidak hanya orang-orang kafir dan munafiq saja yang meminta dihidupkan kembali, tetapi juga orang-orang yang beriman. Perbedaannya, orang-orang kafir menyesali kekufurannya dan pendustaan mereka terhadap semua perkara ghaib yang diinformasikan dalam al-Qur’an, sementara orang-orang beriman menyesali amal-amal sholih yang dirasa masih kurang atau belum dilakukan.
Wallahu A’lam
[1] Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir