Di antara kisah abadi yang menghiasi buku dan menyejukan hati serta selalu dikisahkan oleh setiap generasi kepada generasi berikutnya adalah kisah dari seorang penguasa bernama Nu’man bin Mundzir. Disebutkan bahwa ia memiliki dua jenis hari, yaitu hari kemalangan dan hari keberuntungan. Setiap orang yang ditangkap Nu’man pada hari kemalangan sebelum masa islam akan dibunuhnya. Adapun orang yang ditangkapnya pada hari keberuntungan maka akan diberikan kenikamtan.
Pada suatu hari kemalangan, ia mengalahkan seorang laki-laki asing yang mengembara jauh dari daerah asalnya. Ketika tiba jadwal eksekusinya, orang asing itru memohon kepada Nu’man agar mau memberinya waktu tiga hari untuk mengirim kabar dan menemui keluarganya. Nu’man pun mengizinkannya dengan satu syarat, yaitu agar dia memberi jaminan berupa seseorang yang akan menjadi penggantinya untuk dieksekusi jika dia tidak kembali.
Ia pun mentap wajah para pelayan Nu’man satu per satu dengan harapan dapat menemukan seseorang yang mau jadi penolong dan jaminam baginya. Lalu ia menunjuk seorang pelayan yang bernama syarik, syarik hanya tertunduk. Syarik lalu menyatakan kesanggupannya memenjadi penjamin dan siap menjadi pengganti orangf asing itu untuk dieksekusi jika dia tidak datang hingga batas waktu yang telah diberikan.
Tiga hari berlalu hingga tiba eksekusi orang asing itu. Namun, orang asing yang ditunggu-tunggu itu belum juga menampakan batang hidungnya. Keluarga syarik pun bersedih. Mereka melemparkan pandangan ke seluruh sudut jalan dengan harap-harap cemas.
Beberapa saat menjelang eksekusi terhadap syarik, tiba-tiba nampak dari kejauhan seseorang diselimuti debu tebal. Para algojopun menunda eksekusi. Mereka semua melihat pada sosok yang baru datang. Ternyata, orang asing itu telah kembali untuk menepati janjinya, orang-orang yang hadir pun terkejut, sedang wajah mereka seakan-akan hendak menyaksikan bencana yang amat mengerikan.
Raja pun turut terkejut. Ia bertanya kepada syarik, “Apa yang membuatmu mau menjadi jaminan bagi orang yang tidak kau kenal?”. Syarik menjawab, “Hal itu karena aku khawatir akan ada orang berkata ‘budi pekerti telah lenyap dari hati manusia’”. Raja juga bertanya kepada orang asing itu,” mengapa engkau rela menyerahkan diri? meski engkau tahu akan dieksekusi?” Dia menjawab, “Agar tidak ada orang yang berkata ‘sifat memenuhi janji telah benar-benar hilang dari bumi manusia’” sang raja pun menimpali, “Aku pun akan memaafkan kalian berdua agar tidak ada orang yang berkata, ‘rasa memaafkan telah lenyap dari manusia’”.
Sejak saat itu, raja Nu’man bin Mundzir pun menghapus kebiasaan dzalimnya
Tempo yang telah dijanjikan dan mulia itu adalah hutang baginya
Kemuliaan lebih utama dari keselamatan dirinya
Keselamatan dirimu tetap teringat, meski membahayakan dirinya
Dengan keselamatan maka kau tak lagi butuh penjelasan.